Foto setengah bugil atau foto topless akhir-akhir ini sering muncul ke publik. Entah disengaja atau tidak, foto tersebut menyebar lewat media internet dengan bebas.
Foto topless atau bugil, seolah menjadi hal wajar dilakukan lewat ponsel pribadi. Pelakunya pun rata-rata remaja tanggung atau aktris pendatang anyar.
Dengan alasan sebagai koleksi pribadi tanpa ada niatan menyebarkan. Tetapi, akibat kelalaian membuat foto topless meluncur ke publik dan di konsumsi penikmat internet.
Terakhir, foto topless mirip artis Faby Marcelia menyebar di dunia maya dan bikin heboh jagad aktris dan publik dalam negeri. Dia pun membantah potret topless tersebut adalah dirinya.
Meningkatnya penggunaan telepon pintar atau smartphone berkamera membuat selebriti menggunakannya untuk memotret diri sendiri. Bukan hanya di Indonesia, potret bugil di depan kamera khususnya telepon pintar, dilakukan masyarakat dunia.
Peneliti Fakultas Psikologi Universitas Nevada, Amerika Serikat Marta Meana dikutip dari dailymail.co.uk, medio Mei 2012 lalu, mengatakan berbagi foto diri dalam keadaan telanjang sudah disadari dari keinginan otak atau pikiran pribadi.
"Merasa diinginkan itu sangat merangsang bagi perempuan," ujarnya.
Dia mengatakan perempuan merasa penting menunjukkan daya tarik seksualnya dan kemampuan merangsang pasangannya. Dalam penelitian teranyar, lebih dari setengah dari fantasi seksual perempuan mencerminkan keinginan untuk bisa menggiurkan bagi laki-laki.
Bahkan, hasil survei menunjukkan 47 persen wanita mengungkapkan mereka berfantasi sebagai penari striptis dan 50 persen berkhayal untuk memuaskan lebih dari satu orang.
Selain itu, Editor of Springer's Focus on Sexuality Research book series menegaskan, penyebaran foto telanjang lebih banyak menggunakan media sosial, misalnya Facebook dan situs jejaring sosial.
"Perilaku ini juga muncul pada pria," katanya.
Menurut Psikolog Himpunan Psikologi Indonesia Tri S Hadi sukanya orang memotret diri terutama topless di kalangan remaja, lebih karena pengaruh atau tekanan orang lain, terutama dari pria yang sudah dewasa.
"Masalahnya bukan di remaja putri saja tetapi pada masyarakat yang lebih luas," katanya dalam pesan singkat pada merdeka.com, Sabtu (13/4).
Foto topless atau bugil, seolah menjadi hal wajar dilakukan lewat ponsel pribadi. Pelakunya pun rata-rata remaja tanggung atau aktris pendatang anyar.
Dengan alasan sebagai koleksi pribadi tanpa ada niatan menyebarkan. Tetapi, akibat kelalaian membuat foto topless meluncur ke publik dan di konsumsi penikmat internet.
Terakhir, foto topless mirip artis Faby Marcelia menyebar di dunia maya dan bikin heboh jagad aktris dan publik dalam negeri. Dia pun membantah potret topless tersebut adalah dirinya.
Meningkatnya penggunaan telepon pintar atau smartphone berkamera membuat selebriti menggunakannya untuk memotret diri sendiri. Bukan hanya di Indonesia, potret bugil di depan kamera khususnya telepon pintar, dilakukan masyarakat dunia.
Peneliti Fakultas Psikologi Universitas Nevada, Amerika Serikat Marta Meana dikutip dari dailymail.co.uk, medio Mei 2012 lalu, mengatakan berbagi foto diri dalam keadaan telanjang sudah disadari dari keinginan otak atau pikiran pribadi.
"Merasa diinginkan itu sangat merangsang bagi perempuan," ujarnya.
Dia mengatakan perempuan merasa penting menunjukkan daya tarik seksualnya dan kemampuan merangsang pasangannya. Dalam penelitian teranyar, lebih dari setengah dari fantasi seksual perempuan mencerminkan keinginan untuk bisa menggiurkan bagi laki-laki.
Bahkan, hasil survei menunjukkan 47 persen wanita mengungkapkan mereka berfantasi sebagai penari striptis dan 50 persen berkhayal untuk memuaskan lebih dari satu orang.
Selain itu, Editor of Springer's Focus on Sexuality Research book series menegaskan, penyebaran foto telanjang lebih banyak menggunakan media sosial, misalnya Facebook dan situs jejaring sosial.
"Perilaku ini juga muncul pada pria," katanya.
Menurut Psikolog Himpunan Psikologi Indonesia Tri S Hadi sukanya orang memotret diri terutama topless di kalangan remaja, lebih karena pengaruh atau tekanan orang lain, terutama dari pria yang sudah dewasa.
"Masalahnya bukan di remaja putri saja tetapi pada masyarakat yang lebih luas," katanya dalam pesan singkat pada merdeka.com, Sabtu (13/4).